Sejarah Desa Plosorejo

|

Pada zaman kerajaan Kediri yang dipimpin oleh sriaji Jayabaya, terjadilah peperangan dimana pasukan sriaji Jayabaya menyerang hingga sampai perbatasan perang sehingga tempat tesebut dinamakan Desa Wates . Akhirnya perang tersebut lari kebarat sampai pada bulurejo yang perang itu tengak tengok akhirnya tidak punya teman kemudian lari Kepojok yang akhirnya sekarang jadi dusun Pojok Desa Kepuhrejo dan akhirnya menemukan pohon Ploso yang akhirnya dinamakan Desa Ploso. Dahulu kala di Desa Plosorejo ada 3 Kelurahan yaitu Plosorejo, Plosokerep, Kejuron. Setelah itu dari ketiga Desa itu diadakan pengundian yang terambil salah satunya yang akan menjadi sebuah Desa, yang terambil pada waktu itu adalah Desa Plosorejo adalah Desa Plosorejo. Di Desa Plosorejo ada sebuah Dusun yang bernama Gilang . Dusun Gilang tersebut mempunyai cerita yaitu pada waktu itu didaerah tersebut ditemukan sebuah batu diperkarangan Bpk. Rustam yang berbentuk rumah Doro Gepak. Batu itu akhirnya jadi rebutan Hadi Sucipto dan Raden Suprabu. Hadi Suprabu dijadikan aliran hitam dan M. Nasir menjadi aliran putih. Daripada dibuat rebutan akhirnya batu gilang dibuang diutaranya Desa yang konon airnya tidak pernah habis . Urutan pemegang kitab : M. Nasir mempunyai dua anak yang bernama Rastam dan Siti Nasikah ibu dari Bpk. Rosichin, Rusman, Ailah ibu dari Hadi Sucipto dan Mulyadi.
Sejarah Dusun Kejuron adalah dahulu kala yang berambisi jadi desa kerajaan adalah Dsn. Kejuron tapi akhir dari lotre yang keluar adalah Plosorejo akhirnya P. Lurah Mentrik punya sumpah jangan ada orang yang menikah dengan istri orang Gilang. Dsn. Gilang dibabat/ ditebang oleh kyai Hasan Mukmin, dinamakan Dsn. Kejuron karena dibuat tempat juru sungging yang akhirnya Juru Lukis, Kejuron dulu mempunyai dua wilayah yaitu Kejuron etan (timur) dan diperluas menjadi Kejuron kulon (barat)


.................................................................................................................................

Sejarah Desa Kalibelo

|

Menurut cerita Bapak Untung yang sekarang menjabat sebagai Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan Desa Kalibelo, dua dusun yang berada di Desa Kalibelo ini memiliki sejarah yang terpisah.

Alur Sejarah dusun Kalibelo
Munculnya nama Kalibelo sangat brkaitan erat dengan munculnya nama Desa Baye yang berada di sebelah utara desa Kalibelo.
Pada jaman kerajaan Kediri, petinggi-petinggi kerajaan memiliki banyak sekali kuda. Saking banyaknya, maka istal atau kandang kuda mereka berada di beberapa wilayah kerajaan, bahkan ada yang jauh dari pusat pemerintahan. Suatu ketika salah satu kuda betina melahirkan, dan saat itu tempat dimana kuda tersebut melahirkan dinamakan Baye (mBaye). Berasal dari kata mbayi (bahasa Jawa), yang artinya melahirkan.
Setelah itu, anak kuda yang baru saja lahir tersebut dibawa ke kota Kediri (pusat pemerintahan Kerajaan Kediri waktu itu). Namun belum jahuh perjalanan, tiba-tiba bayi kuda tersebut sakit keras. Kemudian dibawa ketepi sebuah sungai yang berada di dekat tempat tersebut dengan harapan setelah diberi minum bayi kuda tersebut bisa kembali sehat. Namun apadaya, bayi kuda tersebut justru mati saat berada di dekat sungai. Akhirnya tempat tersebut dinamakan Kalibelo, dari kata kali dan belo. Kali berarti sungai, dan belo berate anak kuda.


Alur Sejarah Dusun Sumber Tugu
Tidak terlalu banyak yang bisa digambarkan dari cerita munculnya kampong atau dusun Sumber Tugu. Masyarakat hanya mengerti bahwa dahulu (entah tahun berapa), konon ada sebuah tugu besar yang lokasinya sekarang adalah di perbatasan Desa Kalibelo (Dusun Sumber Tugu) dan Desa Plosorejo (Dusun Plosokerep). Di bawah tugu besar tersebut mengalir sebuah mata air / sumber air yang cukup besar. Dari situlah konon Dusun atau kampong ini dinakam Sumber Tugu.

Nama-nama Kepala Desa yang pernah menjabat:
1. Kasan Mustopo, menjabat pada jaman Belanda hingga tahun 1942
2. Sadi, hanya menjabat 3 (tiga) tahun karena meninggal (1942 – 1945)
3. Sumo Diharjo, menjabat 2 (dua) tahun juga kerena meninggal (1945 – 1947)
4. Reso Prawiro, menjabat tahun 1948 – 1967, pension hingga meninggal
5. Sumadi, dipilih melalui Pilkades langsung oleh rakyat, menjabat selama 32 tahun (1967 – 1999)
6. Sugin S., menjabat selama 2 (dua) kali periode, periode pertama 1999 – 2007, dan periode kedua 2007 – sekarang.
.................................................................................................................................

 

©2009 republik - 33 | Template Blue by Cak Brodien's Pengunjung hari ini Counter Powered by  RedCounter Powered by  MyPagerank.Net Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net